Istilah perang pemikiran (ghazwul fikri)
di berbagai media termasuk media online mencuat deras. Dengan
menggunakan dalih kebebasan mengemukakan pendapat mereka mencoba
mematahkan dan menerobos sendi-sendi Islam yang mana bila ajaran Islam
tak dipahami betul oleh umat Islam akan menjadi mudah terbawa arus pola
pikir mereka hingga membenarkan anggapan mereka.
Dalam al quran, geliat kaum seperti ini telah dijelaskan sebagaimana potongan ayat :
“….Dan tiada henti-hentinya mereka selalu memerangi kalian sehingga kalian murtad dari agama kalian, jika mereka mampu…” (Al Baqarah [2] : 217).
Empat
belas abad yang lalu, di saat Islam mencapai puncaknya, Rasulullah SAW
telah memprediksikan tentang nasib ummat Islam di masa yang akan datang,
sebagai tanda nubuwwah beliau. Nasib ummat Islam pada masa itu
digambarkan oleh Rasulullah seperti seonggok makanan yang diperebutkan
oleh sekelompok manusia yang lapar lagi rakus.
Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits:
“Beberapa kelompok manusia akan memperebutkan kalian seperti halnya orang-orang rakus yang memperebutkan hidangan.”
Seorang sahabat bertanya, “Apakah karena kami waktu itu sedikit, ya Rasulullah?”.
Jawab
Rasul : “Tidak! Bahkan waktu itu jumlah kalian sangat banyak. Akan
tetapi kalian waktu itu seperti buih lautan. Dan sungguh, rasa takut dan
gentar telah hilang dari dada musuh kalian. Dan bercokollah dalam dada
kalian penyakit wahn”.
Kemudian sahabat bertanya, “Apakah yang dimaksud dengan penyakit wahn itu ya Rasulullah?”.
Jawab beliau : “Cinta dunia dan takut mati”.
Kita
bisa membayangkan bagaimana nasib seonggok makanan yang menjadi sasaran
perebutan dari orang-orang kelaparan yang rakus. Tentu saja dalam
sekejap mata makanan yang tadinya begitu menarik menjadi hancur
berantakan tak berbekas, lumat ditelan para pemangsanya.
Demikian
pula dengan kondisi ummat Islam saat ini. Ummat Islam menjadi bahan
perebutan dari sekian banyak kepentingan yang apabila kita kaji lebih
jauh ternyata tujuan akhirnya adalah sama, kehancuran ummat Islam !
Banyak
pihak yang memusuhi kaum muslimin. Allah memberikan informasi kepada
kita siapa saja musuh-musuh kaum muslimin. Ada beberapa kelompok besar
manusia yang dalam perjalanan sejarah selalu mengibarkan bendera
permusuhan dan perang terhadap kaum muslimin. Adapun kelompok-kelompok
tersebut adalah:
1. Orang-Orang Yahudi dan Nashrani
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan pernah rela terhadap kalian, sehingga kalian mengikuti jejak mereka…” (Al Baqarah [2] :120).
2. Orang-orang Musyrik
“Sesungguhnya
telah kalian dapati orang-orang yang paling besar permusuhannya
terhadap orang-orang yang beriman adalah orang-orang Yahudi dan
orang-orang musyrik….” (Al Maidah [5] :82).
3. Orang-orang Munafik
“Apabila
orang-orang munafiq datang kepadamu, mereka berkata: ‘Kami mengakui,
bahwa kamu benar-benar Rasulullah’. Dan Allah mengetahui bahwa
sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya’, dan Allah mengetahui bahwa
sesungguhnya orang-orang munafiq itu benar-benar orang pendusta” (Al Munafiqun [63] : 1).
“Orang-orang
munafiq laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain
adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang yang
ma’ruf dan menggenggam tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah,
maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafiq itulah
orang-orang yang fasik” (At Taubah [9]: 67).
Meskipun
mereka (musuh-musuh Islam) itu nampaknya berbeda, tetapi sesungguhnya
di dalam memerangi kaum muslimin mereka bersatu padu melakukan
konspirasi (persekongkolan) yang berskala Internasional. Mereka berusaha
tanpa mengenal lelah dan berputus asa.
“Dan tiada henti-hentinya mereka selalu memerangi kalian sehingga kalian murtad dari agama kalian, jika mereka mampu….” (Al Baqarah [2] : 217).
Ada
dua jenis peperangan yang selalu mereka lancarkan terhadap ummat Islam,
yaitu perang secara fisik (militer) dan perang secara non fisik
(pemikiran), yang lebih dikenal dengan istilah ghazwul fikri.
Metode Jitu
Ketika
cahaya Islam mulai menyebar luas meliputi wilayah Persi, Syiria,
Palestina, Mesir dan menyeberang daratan Eropa sampai Spanyol, maka kaum
Salibis, Yahudi dan orang-orang Paganis segera membendung laju
kebenaran Islam. Mereka khawatir kalau cahaya Islam akan menerangi
seluruh belahan dunia. Maka kemudian digelarlah peperangan yang panjang
yang kita kenal dengan nama perang Salib.
Selama perang salib
yang berlangsung delapan periode itu, tak sekalipun ummat Islam dapat
dikalahkan. Mereka berpikir keras bagaimana cara mengalahkan ummat
Islam. Setelah melalui pemikiran yang panjang akhirnya mereka mengambil
kesimpulan sebagaimana dikemukakan oleh Gladstone, salah seorang perdana
menteri Inggris, “Selama Al Qur’an ini ada di tangan ummat Islam, tidak
mungkin Eropa akan menguasai dunia Timur”.
Mereka selanjutnya
menyusun langkah-langkah untuk menjauhkan umat Islam dari ajarannya.
Dengan metode yang sistematis mereka memulai melancarkan serangan
pemikiran yang berujud program-program yang dikemas dengan menarik.
Sehingga tanpa disadari, ummat Islam sudah mengikuti mereka bahkan
menjadi pendukung program-program yang mereka adakan. Di samping tipu
daya yang berbentuk perang pemikiran, perusakan akhlaq, sekulerisasi
sistem pendidikan serta penjajahan di negeri-negeri kaum muslimin yang
telah dikuasai, mereka juga mengeruk seluruh kekayaan kaum muslimin. Hal
itu berhasil mereka lakukan setelah melalui perjalanan panjang. Baca selengkapnya.
Dibandingkan dengan perang fisik atau militer, maka perang pemikiran atau ghazwul fikri ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1. Dana yang dibutuhkan tidak sebesar dana yang diperlukan untuk perang fisik.
2. Sasaran tidak terbatas.
3. Serangannnya dapat mengenai siapa saja, dimana saja dan kapan saja.
4. Tidak ada korban dari pihak penyerang.
5. Sasaran yang diserang tidak merasakan bahwa sesungguhnya dirinya dalam kondisi diserang.
6. Dampak yang dihasilkan sangat fatal dan berjangka panjang.
7. Efektif dan efisien.
Sasaran Perang Pemikiran
Yang
menjadi sasaran perang pemikiran adalah pola pikir dan akhlaq. Apabila
seseorang sering menerima pola pikir sekuler, maka iapun akan berpikir
ala sekuler. Bila sesorang sering dicekoki paham komunis , materialis,
fasis, marksis, liberalis, kapitalis atau yang lainnya, maka merekapun
akan berpikir dari sudut pandang paham tersebut.
Sementara itu
dalam hal akhlak, boleh jadi pada awalnya seseorang menolak terhadap
suatu tata cara kehidupan tertentu, namun karena tiap kali ia selalu
mengkonsumsi tata cara tersebut, maka lama kelamaan akan timbul
perubahan dalam dirinya.
Yang semula menolak, akan berubah
menjadi menerima. Dari yang sekedar menerima itu akan berubah menjadi
suka. Selanjutnya akan timbul dalan dirinya tata sikap yang sama persis
dengan mereka. Bahkan pada akhirnya ia akan menjadi pendukung setia tata
hidup jahiliyah tersebut. Seperti contohnya adanya pergaulan bebas
antara wanita dan pria yang bukan muhrim, seperti kita lihat dalam
kehidupan sehari-hari.
Demikianlah bahaya perang pemikiran. Ia
akan menyeret seseorang ke dalam jurang kesesatan dan kekafiran tanpa
terasa. Ibaratnya seutas rambut yang dicelupkan ke dalam adonan roti,
kemudian ditarik dari adonan tersebut. Tak akan ada sedikitpun adonan
roti yang menempel pada rambut. Rambut itu keluar dari adonan dengan
halus sekali tanpa terasa. Demikianlah, seseorang hanya tahu bahwa
ternyata dirinya sudah berada dalam kesesatan, tanpa terasa!
Ada beberapa jenis perang pemikiran, di antaranya :
1. Perusakan Akhlaq
Dengan
berbagai media musuh-musuh Islam melancarkan program-program yang
bertujuan merusak akhlaq generasi muslim. Mulai dari anak-anak, remaja,
dewasa, sampai yang tua renta sekalipun. Di antara bentuk perusakan itu
adalah lewat majalah-majalah, televisi, serta musik. Dalam media-media
tersebut selalu saja disuguhkan penampilan tokoh-tokoh terkenal yang
pola hidupnya jelas-jelas jauh dari nilai-nilai Islam. Mulai dari cara
berpakaian, gaya hidup dan ucapan-ucapan yang mereka lontarkan.
Dengan
cara itu, mereka telah berhasil membuat idola-idola baru yang gaya
hidupnya jauh dari adab Islam. Hasilnya betul-betul luar biasa, banyak
generasi muda kita yang tergiur dan mengidolakan mereka. Na’udzubillahi min dzalik!
2. Perusakan Pola Pikir
Dengan
memanfaatkan media-media tersebut di atas, mereka juga sengaja
menyajikan berita yang tidak jelas kebenarannya, terutama yang berkenaan
dengan kaum muslimin. Seringkali mereka memojokkan posisi kaum muslim
tanpa alasan yang jelas. Mereka selalu memakai kata-kata; teroris,
fundamentalis untuk mengatakan para pejuang kaum muslimin yang gigih
mempertahankan kemerdekaan negeri mereka dari penguasaan penjajah yang
zhalim dan melampui batas. Sementara itu di sisi lain mereka mendiamkan
setiap aksi para perusak, penindas, serta penjajah yang sejalan dengan
mereka; seperti Israel, Atheis Rusia, Fundamentalis Hindu India, Serbia,
serta yang lain-lainnya. Apa-apa yang sampai kepada kaum muslimin di
negeri-negeri lain adalah sesuatu yang benar-benar jauh dari realitas.
Bahkan, sengaja diputarbalikkan dari kenyataan yang sesungguhnya.
3. Sekulerisasi Pendidikan
Hampir
di seluruh negeri muslim telah berdiri model pendidikan sekolah yang
lepas dari nilai-nilai keagamaan. Mereka sengaja memisahkan antara agama
dengan ilmu pengetahuan di sekolah. Sehingga muncullah
generasi-generasi terdidik yang jauh dari agamanya. Sekolah macam inilah
yang mereka dirikan di bumi Islam pada masa penjajahan (imperialisme),
untuk menghancurkan Islam dari dalam tubuhnya sendiri.
4. Pemurtadan
Ini
adalah program yang paling jelas kita saksikan. Secara terang-terangan
orang-orang non muslim menawarkan “bantuan” ekonomi; mulai dari bahan
makanan, rumah, jabatan, sekolah, dan lain-lainnya untuk menggoyahkan
iman orang-orang Islam.
Bermain Tipu Muslihat
Pastor
Takly berkata: “Kita harus mendorong pembangunan sekolah-sekolah ala
Barat yang sekuler. Karena ternyata banyak orang Islam yang goyah
aqidahnya dengan Islam dan Al Qur’an setelah mempelajari buku-buku
pelajaran Barat dan belajar bahasa asing”.
Samuel Zwemer dalam
konferensi Al Quds untuk para pastor pada tahun 1935 mengatakan:
“Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari
agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Akan tetapi menjauhkan mereka
dari agamanya (Al Qur’an dan Sunnah). Sehingga mereka menjadi orang-
orang yang putus hubungan dengan Tuhannya dan sesamanya (saling
bermusuhan), menjadi terpecah- belah dan jauh dari persatuan. Dengan
demikian kalian telah menyiapkan generasi-generasi baru yang akan
memenangkan kalian dan menindas kaum mereka sendiri sesuai dengan tujuan
kalian”.
Jadi, Berhati-hatilah!
Begitu
banyak perang pemikiran yang ada seharusnya tak membuat kita lengah.
Banyak-banyaklah kita menambah wawasan dan keilmuan tentang Islam (baca selengkapnya) karena
mereka sendiri juga menyerang dari segi ilmu Islam dengan pengertian
mereka sendiri. Jangan pedulikan anggapan dan pemikiran fiktif mereka.
Pemikiran mereka sebenarnya adalah pemikiran yang lemah dan tak berarti
apa-apa jika landasan iman dan pengetahuan kita tentang Islam telah
kuat. Karena sesungguhnya akal manusia selamanya tak akan mungkin mampu
mengalahkan wahyu yang datang dari Tuhan semesta alam, yakni Allah subhanahu wa ta'ala.
Wallahu a'lam bish showab.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar